Strategi bertahan hidup perempuan buruh tani etnis Madura berbasis lahan kering cenderung individual, sedangkan strategi bertahan hidup perempuan buruh tani etnis Jawa berbasis lahan sawah cenderung kolektif. Tingkat pendidikan perempuan buruh tani berbasis lahan sawah lebih tinggi dibandingkan perempuan buruh tani lahan kering yang rata-rata tidak menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, dan tidak pernah bersekolah.

Perempuan buruh tani berbasis lahan kering dan lahan sawah berperan ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan dan bekerja di pertanian atau peran domestik dan publik. Jaringan sosial budaya yang dibingkai dalam kegiatan pengajian, arisan, simpan pinjam, memperoleh informasi secara tradisional dengan gethok tular untuk bisa memperoleh informasi pekerjaan di pertanian.

Bertahan hidup menurut perempuan buruh tani etnis Madura ibarat ayam mencarikan makan anaknya (enga' ajam kar-kar nyare ngakan kanggui anak), atau car-car colpek (menyangkar-cakar lalu mencocok). Menunjukkan etos kerja tinggi. Jenis pekerjaan apa pun dilakukan. Bertahan hidup bagi perempuan buruh tani etnis Jawa adalah urip kudu dilakoni dan hidup harus gemi atau hemat. Secara internal, menunjukkan optimisme dalam kehidupan. Meskipun secara perlahan, tetapi pasti.

Buku berjudul asli Strategi Bertahan Hidup Perempuan Buruh Tani Berbasis Lahan Kering dan Lahan Sawah (Kajian di Desa Sumbersalak Kecamatan Ledokombo dan Desa Tanjungrejo Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember) ini dapat menjadi rujukan penting penelitian di bidang ilmu sosial, terutama teori sosiologi dan gender.